Teori Belajar Dan Pembelajaran – Konsep Belajar
Dan Pembelajaran
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar sebagai karakteristik
yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu
dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam
dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Salah satu ciri
dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan
terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap
keterampilan dan perubahan yang berupa sikap.[1] Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka
diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan
pendidik sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik
akan mampu membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.
Guru, instruktur atau dosen
seringkali menyamakan istilah pengajaran dan pembelajaran. Padahal pengajaran
lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang
kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan
memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik
bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian,
pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Ilmu pembelajaran menaruh perhatian
pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran.
Untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut diperlukan berbagai model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Yang dimaksud dengan
kondisi pembelajaran di sini adalah tujuan bidang studi, kendala bidang studi,
dan karakteristik peserta didik yang berbeda memerlukan model pembelajaran yang
berbeda pula.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud
pembelajaran?
- Bagaimana konsep dasar
pembelajaran?
- Bagaimana pendekatan atau model
dalam pembelajaran?
- Bagaimana peran guru dalam kegiatan
pembelajaran?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian
pembelajaran
- Untuk mengetahui konsep dasar
pembelajaran?
- Untuk mengetahui pendekatan
atau model dalam pembelajaran?
- Untuk mengetahui peran guru
dalam kegiatan pembelajaran?
1.4 Manfaat
- Mengetahui pengertian
pembelajaran
- Mengetahui konsep dasar
pembelajaran
- Mengetahui pendekatan atau
model dalam pembelajaran
- Mengetahui peran guru dalam
kegiatan pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembelajaran
Dan Pembelajaran yang diidentikkan
dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk
yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan
awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses,
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
(KBBI)
Dengan kata lain, kegiatan
pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar,
membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi
berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan
pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang
memungkinkan terciptanya pendidikan.[2]
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.[3]
Proses Pembelajaran juga dapat
diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka
mencapai tujuannya.[4]
2. Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam pembelajaran, guru mempunyai
tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia harus mampu dan cakap merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi dan membimbing dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
kata lain, agar para guru mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia
terlebih dahulu hendaknya memahami dengan seksama hal-hal yang berkaitan dengan
proses pembelajaran.
3. Pendekatan atau Model dalam
Pembelajaran
Belajar dapat dilakukan diberbagai
tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film,
wisatawan, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. meskipun informasi
dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dari padanya. Guru
profesional memerlukan pengetahuan dan ketrampilan pendekatan pembelajaran agar
mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang
hayat.
Pendekatan pembelajaran dapat
berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afekif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga
tercapai sasaran belajar.
Dalam belajar tentang pendekatan
pembelajaran tersebut, orang dapat melihat:
(i) pengorganisasian siswa,
(ii) posisi guru-siswa dalam
pengolahan pesan, dan
(iii) pemerolehan kemampuan dalam
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dengan
pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan:
(i)
pambelajaran secara individual,
(ii)
pembelajaran secara kelompok, dan
(iii)
pembelajaran secara klasikal.
Pada ketiga keorganisasian siswa
tersebut tujuan pengajaran, peran guru dan siswa, program pembelajaran, dan
disiplin belajar berbeda-beda. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut
siswa tersebut seyogyanya digunakan untuk membelajarkan siswa yang menghadapi
kecepatan informasi pada masa kini.
Sehubungan dengan posisi guru-siswa
dalam pengolahan pesan, guru dapat menggunakan strategi ekspositori, strategi
discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekpositori, strategi discovery, dan
strategi inkuiri. Strategi ekspositori masih terpusat pada guru; oleh karena
itu seyogianya dikurangi. Strategi discovery dan inkuiri terpusat ada siswa.
Dalam kedua strategi ini siswa dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat
menemukan, bekerja secara ilmu pengetahuan, dan merasa senang. Pada tempatnya
guru menggunakan strategi discovery dan inkuiri yang sesuai dengan pendekatan
CBSA.
Dalam pembelajaran pada pebelajar
terjadi peningkatan kemampuan. Semula, ia memiliki kemampuan pra-belajar; dalam
proses belajar pada kegiatan belajar hal tertentu, ia meningkatkan tingkat atau
memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keputusan
tentang perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan
unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah. Dari sisi guru, proses pemerolehan
pengalaman siswa atau proses pengolahan pesan tersebut dapat dilakuikan dengan
cara dedukatif dan induktif. Pengolahan pesan secara deduktif dimulai dari
generalisasi atau suatu teori yang benar, pencarian data, dan uji kebenaran
generalisasi atau suatu teori tersebut. Pada pengolahan pesan secara induktif
kegiatan bermula dari adanya fakta atau peristiwa khusus, penyusunan
konsep-konsep. Dalam usaha pembelajaran guru dapat menggunakan pengolahan pesan
secara deduktif atau induktif tergantung pada karakteristik bidang studinya.[5]
Selain pendekatan atau model belajar
individual, kelompok dan klasikal, masih terdapat banyak model belajar yang
lain. Di antaranya:
Teori belajar
|
Yang ditekankan
|
Tokoh
|
Behaviorisme (tingkah laku)
|
Stimulus, respon, penguatan
motivasi
|
Pavlov, Skinner, Bandura
|
Cognitivisme
|
Daya ingat, perhatian, pemahaman
mendalam, organisasi gagasan, proses informasi
|
Brunner, Piaget, Ausubel
|
konstruktivisme
|
Pengalaman, interaksi
|
Jean Piaget, Vygotsky,
|
Humanisme
|
Emosi, perasaan, komunikasi yang
terbuka, nilai-nilai
|
John Miler
|
4. Peran Guru Dalam Kegiatan
Pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran yaitu
membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak
mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak
pengajaran.[6] Selain itu, menurut Djamarah (2000: 43-48) bahwa tugas dan
tanggung jawab guru atau lebih luasnya pendidik adalah sebagai:
1) Korektor,
yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk,
koreksi atau penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh dari segi
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan
yang berbeda dalam menerima pelajaran. Ada yang mempunyai kemampuan baik di
bidang kognitif tetapi kurang pada afektifnya, ada pula yang baik pada
psikomotorik namun kurang pada kognitifnya, dan berbagai macam perbedaan
peserta didik yang lain. Oleh karena itu, dalam memberikan penilaian, hendaknya
pendidik tidak hanya memberikan penilaian dari satu aspek saja.
2) Inspirator,
yaitu pendidik menjadi inspirator atau ilham bagi kemajuan belajar siswa atau
mahasiswa, petunjuk bagaimana cara belajar yang baik, serta member masukan
dalam menyelesaikan masalah lainnya.
3) Informator,
yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan peserta didik yang dibekali pengetahuan tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peserta didik tersebut akan
memiliki daya saing yang tinggi. Sehingga peserta didik tidak akan tertinggal
di era global ini.
4) Organisator,
yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik (belajar), hingga
tercipta kegiatan pembelajaran yang tertib dan menyenangkan.
5) Motivator,
yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar.
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar.[7] Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses
di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi dari pendidik merupakan motivasi
ekstrinsik. Meskipun dalam proses belajar, motivasi intrinsik atau motivasi
yang berasal dari dalam diri individu memiliki pengaruh yang lebih efektif,
(karena motivasi intrinsik bertahan relatif lebih lama) namun motivasi
ekstrinsik juga tetap dibutuhkan. Karena kurangnya respons dari lingkungan
secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang. Oleh karena itu,
guru sebagai salah satu motivasi ekstrinsik hendaknya selalu memberikan
motivasi pada peserta didiknya.
6) Inisiator,
yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pembelajaran. Melalui berbagai macam pengalaman yang didapatkan pendidik selama
di kelas, pendidik hendaknya memberikan ide-ide demi kemajuan pembelajaran,
minimal untuk kemajuan pembelajaran di kelas yang dibimbing.
7) Fasilitator,
yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar.
8) Pembimbing,
yaitu pendidik harus mampu membimbing peserta didik menjadi manusia dewasa yang
bertanggung jawab. Hal yang harus dilakukan pendidik adalah memberikan contoh
yang baik pada peserta didik dan mengarahkannya. Oleh karena itu, pendidik
hendaknya selalu menjaga sikap dan perilaku, karena membimbing seseorang tanpa
memberikan teladan yang baik adalah sia-sia.
9) Demonstrator,
yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan bahan pelajaran yang
susah dipahami. Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu materi jika
materi tersebut didemonstrasikan, karena sesuatu yang didemonstrasikan
melibatkan aspek audio dan visual, sehingga lebih mudah untuk dipahami peserta
didik.
10) Pengelola kelas,
yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif.
Jika kelas dikelola dengan baik, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan
tertib.
11) Mediator, yaitu
pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna
mengefektifkan proses interaktif edukatif. Proses pembelajaran merupakan proses
interaksi, bukan hanya penyampaian materi dari satu arah atau dari guru saja,
peserta didik hendaknya turut aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan
adanya pendidik maka diharapkan proses interaktif edukatif tersebut tercipta di
kelas. Dalam hal ini biasanya pendidik cukup memberikan sedikit materi di awal,
kemudian mengajak dialog peserta didik mengenai materi yang telah diberikan
sebelumnya, atau dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
akan dibahas.
12) Supervisor, yaitu
pendidik hendaknya dapat memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses
pembelajaran. Setiap selesai proses pembelajaran, pendidik yang baik akan
menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung, apabila terdapat
kekurangan, maka ia akan mencari sumber kekurangan tersebut dan memperbaikinya,
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik setiap harinya.
13) Evaluator, yaitu
pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur. Pendidik diharapkan
bisa berlaku adil dan jujur dalam setiap proses evaluasi, sehingga tiap- tiap
peserta didik dapat mengetahui kemampuannya. Membantu peserta didik ketika
menghadapi ujian bukanlah hal yang tepat dilakukan oleh seorang pendidik,
karena hal tersebut merupakan pembodohan peserta didik dan
mengajarkan ketidakjujuran pada peserta didik. Dan hal tersebut juga membuat
peserta didik tidak akan pernah merasa percaya diri terhadap kemampuan yang
dimilikinya.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa kata
“pendidik” dalam perspektif pendidikan yang selama ini berkembang di masyarakat
memiliki makana yang lebih luas, dengan tugas, peran, dan tanggung jawabnya
adalah mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensinya kea rah
yang lebih sempurna.[8]
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Yasin, Fatah. 2008. Dimensi-dimensi
Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007.
Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Makmun, Abin Syamsuddin. 2005. Psikologi
Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen
Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Jogjakarta: Ircisod
Tidak ada komentar:
Posting Komentar